Check it out.
.
.
.
.
.
1 Februari 2014.
Hari itu, aku ikut lomba Maulid. Lomba cerpen. Awalnya, aku nggak ada niat untuk berpartisipasi dalam Maulid. Tapi, karena ada cerpen dan Fida nyaranin aku ikut, monggo. Bring it on. Pertama-tama, Yasmin nyaranin aku ikut kaligrafi tapi Fida nimpalin kalau aku lebih cocok ikut lomba cerpen. Dan, memang benar.
Tapi, melihat saingannya—anak kelas 11 ikutan—aku langsung menghempaskan diri ke dinding. Konotasi, konotasi. Rasanya, ingin mengibarkan bendera putih. Aku takut kalah.
Cerita apa yang aku tulis? Pengalaman kelas 9. Hehehe. Kalau boleh jujur, kesan ceritanya gelap. Sebagaimana gelapnya aku waktu masih SMP. Sebagai korban bully. Sebagai korban diskriminasi. Sebagai korban pemanfaatan massal. Sebagai korban... Apalagi... Aku terlalu banyak tersakiti di sana. Lebih banyak kenangan buruk daripada kenangan indah.
Oke, skip. Itu kira-kira inti cerita yang kutulis saja, lho.
Dan di sana, aku bertemu dengan kakak kelas yang kalau aku boleh jujur, manis banget. Nama tidak perlu disebutkan. Inisialnya Aoyagi saja, deh. Habis, dia kesannya mirip sama Aoyagi Kitazawa—tokoh novelku. Pendapatku soal dia, dia itu cowok perfect yang populer. Dan, kenyataannya memang itu. Yah, yang membuatku sparkling eyes banget sama dia, ceritanya pas Maulid. Ceritanya. CERITANYA.
Lupa sebagian besar kayak apa. Tapi, intinya—dia sebagai protagonisnya masuk ke dunia Rasulullah dan menjadi Rasulullah dalam mimpi itu. Kalimat dalam cerita itu kira-kira begini. "Saya adalah seorang pemimpi yang akan selalu berusaha untuk mewujudkan mimpi saya.". Oh, God. Keren banget intinya. Hebatnya lagi, itu NYATA. Aduh. Keren banget ini kakak kelas.
Pasti dia menang, batinku.
Dia juga baik. Dia bilang kalau cerpenku bagus. Tapi, aku timpalin balik kalau punya dia lebih bagus. Nih, ya. Biasanya aku cepat lupa nama orang. Tapi, nama dia terngiang-ngiang terus di pikiranku. Bukan artinya aku move on dari Kak Terry. Tapi, kalau misalnya dia banyak fans, aku salah satunya, deh.
Bercanda, bercanda. Tapi, aku nggak bohong, lho. Dia. Itu. Cowok. Impian.
.
.
.
8 Februari 2014.
Pengumuman lomba cerpen. Tuh, 'kan. Kak Aoyagi yang menang.
Di depan sekolah, secara kebetulan aku ketemu sama dia. Dia lagi ngobrol-ngobrol sama temennya yang entah kukenal atau tidak.
"Hei, Ranran, 'kan?" Sapanya.
"Iya." Jawabku datar. Serius, sampai kapan aku jadi seseorang yang expressionless? Well. Whatever. Ah, ada satu hal yang ingin kukatakan. "Tuh, 'kan. Kakak yang menang. Selamat, ya.".
"Hehehe, makasih," cengirnya—astaga. Manis banget. "Kamu bikin blog aja, gih. Soalnya, ceritamu bagus.".
"Aku punya blog, kok," jujurku. "Nanti aku kasih linknya. Kakak punya Twitter?".
"Punya.".
"Minta, dong." Sumpah, nadaku datar banget.
Tiba-tiba temannya nyeletuk. "Nggak sekalian PIN BBM?".
"Eh, punya, ya?" Oke, nada bicaraku jadi lebih ceria. "Boleh, deh. Sekalian aja." Kali ini giliranku yang nyengir kuda. Bukannya apa-apa, tapi itu kesempatan emas yang nggak boleh disia-siakan. Lagipula, aku nggak punya niat yang aneh-aneh sama Kak Aoyagi.
Setelahnya, temannya ngomong sama aku lagi.
"Kamu kenal ____?" Untuk kepentingan pribadi nama asli dirahasiakan.
"Kenal, kok." Jawabku datar. Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba nanyain kakak kelasku di J-Club yang aku sering minta bacain Kanji itu?
"Kamu dekat sama dia?".
"Enggak, sih. Aku cuma sering minta tolong dia bacain Kanji.".
"Punya PIN BBM-nya?".
"Punya.".
"Oh.".
Percakapan kami semua berakhir di situ. Sipatelas. Ada yang aneh.
.
.
.
Waktu hari apa tanggal berapa aku lupa.
Mendadak, ada seseorang yang nanyain aku di ask.fm.
"Do you ever think to have a boyfriend?".
Err. Satu-satunya yang muncul dalam pikiranku. Siapa kamu?
Sumpah. Waktu itu, aku benar-benar lagi boring dikali stress sama dengan kurang kerjaan. Cari-cari ulah, aku iseng saja ladeni seseorang yang beridentitas anonymous itu. Agak aneh, memang. Tapi, aku tipe orang yang kepo, jadi—sekalian coba-coba, 'kan? Kalau tidak dicari tahu, mana kita tahu siapa orangnya?
Dengan dasar itulah, kujawab pertanyaan itu. "Yes, I do.".
Siapa sih, cewek jaman sekarang yang nggak pernah mau pacaran—meskipun sama tokoh fiksi atau artis? Jangan berdusta.
Sekarang, metode dialog saja, ya.
"How many times a boy have confess to you?".
"Hmm... Three times.".
"What do you like from your real life crush?".
"His kindness.".
"What is the initial of your crush?".
"_." Sensor, sensor. Nggak boleh lihat.
"Is your crush in the same school with you?".
"Yeah.".
"What grade is your crush.".
"12th Grade.".
"What do you feel if you have a stalker?".
"Actually, I'm okay with it. But, of course, I need to know who's my stalker. I won't stop her or him to stalk me because that's their rights. But, I'm just curious.".
"What do you think about ____________? Your senior.".
Reaksi pertamaku waktu baca pertanyaan itu adalah "APA?!!". Bagaimana nggak kaget? Itu Kak Aoyagi yang ditanya. KAK AOYAGI. Berarti, ini ada hubungannya dengan percakapanku dengan Kak Aoyagi dan temannya waktu Maulid.
Oke, pendapatku tentang Kak Aoyagi? Bring it on.
"He's kind and somewhat unique. Umm, that's all? I'm not too closed to him, so I can't say anything anymore.".
"What's your crush's full name initial?".
Aku hanya bisa menghela napas panjang usai membacanya. Serius. Aku takut orangnya tahu. Kenapa aku langsung to the point begitu? Soalnya, aku ada feeling kalau orang yang ngestalk aku itu anak J-Club. Entah mengapa.
"Hahahaha, just with his first name isn't enough, yeah? Make a swear that you won't tell the person if you've known who is him! ___________." Sensor, sensor. Nggak boleh, nggak boleh.
"I swear I won't tell. Then, can you guess who am I?".
"Nah. I can't. Seriously. May you just tell who are you? I swear I won't be angry. I just want to kill my own curiosity to you.".
"What do you feel if there is someone who confess to you? Accept it or reject it?".
"Depends on who is him.".
Itu berlangsung selama satu bulan penuh. Putus-putus, sih.
Kalau boleh komentar, aku belum bisa menjamin semua pertanyaan itu benar-benar dari si stalker atau nggak. Kenapa? Soalnya, anonymous begitu. Takutnya, bercampur dengan pertanyaan lain yang kujawab.
Dan, klimaksnya.
Dia mengucapkan dua kalimat yang secara otomatis aku bisa memahami artinya.
Yang mana aku masih tidak mengerti itu hanyalah sebuah permainan atau sungguh-sungguh dari hatinya.
.
.
.
.
.
7 Maret 2014.
Libur telah tiba. Libur telah tiba. Hore! Hore! HORE!
/jangannyanyidisinisuaramusumbangRan.
Entah mengapa, aku punya feeling kalau hari itu akan menjadi hari yang akan selalu kuingat.
Kira-kira jam 6-7 malam, aku buka ask.fm lagi. Aku ada feeling kalau aku harus cepat-cepat membukanya. Dan, aku benar-benar dibuat shock dengan penemuanku.
"Anata no koto ga suki deshita! Tsukiatte kudasai!".
Jujur, aku langsung tahu apa artinya. Tapi, ayolah. Takutnya aku ge-er. Jadilah aku memastikannya kepada seseorang yang lebih fasih berbahasa Jepang daripada aku. Temanku dari Surabaya, Dita—alias Aera. Dia sahabatku dari SMP. That Magi lovers, nyahahaha. Skip, skip. Katanya, begini artinya.
"Aku suka sama kamu! Jadian denganku, dong!".
Serius. Aku langsung teriak di dalam hati.
APA?!!
Sungguh. Aku harus tahu siapa dia. SE. KA. RANG.
.
.
.
Aku sendiri punya tiga dugaan. Aku bukannya memfitnah, tapi inilah daya analisisku.
- Kak Aoyagi. Aku tahu kalau Kak Aoyagi punya ask.fm. Tapi, menurutku pribadi—Kak Aoyagi bukan tipe cowok yang bakal tertarik sama anak pendiam kayak aku. Kak Aoyagi juga populer. Aku yakin, pasti bukan dia.
- Temannya Kak Aoyagi. Apa maksudnya coba, nanyain Kak _____? Dan, kenapa harus dia? Hmm. Aku punya tiga hipotesa dalam pertanyaan retorik itu. Satu, dia kenal Kak _____. Dua, Kak _____ patut aku curigai. Tiga, kalau memang alasan temannya Kak Aoyagi itu nanya karena aku deket sama Kak _____, kenapa harus dia? Karena kakak kelas yang paling deket sama aku (kalau cowok) itu Kak Terry.
- Kak _____. Yang ditanyain sama temannya Kak Aoyagi. Dia orang yang paling aku curigai—dan dengan berbagai alasan, dia itu kandidat yang paling aku tidak mau untuk menjadi pelakunya.
Siapakah tersangkanya? Dilanjutkan ke chapter selanjutnya, ya. Aku nggak sanggup untuk mengetiknya sekarang. See ya.
.
.
.
.
.
(( Ranku Kurogane ))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar